KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan wali sebagai kekasih-Nya,
yang dianugerahi kelezatan ibadah dan penyingkapan berbagai rahasia, sekaligus
kosong hatinya dari rasa takut dan resah.
Sholawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad: manusia
termulia dan sebaik-baiknya pimpinan umat ; dan kepada para istrinya yang telah
dinobatkan oleh Allah sebagai ibu kaum Mukminin dan Mukminat ; juga para
keluarganya
BAB I
PERTAMA KALI MAKAM MBAH SURGI DIBANGUN
Fulan,
( sengaja namanya kami samarkan ) yang kesehariannya mencari rumput ( ngarit )
dia juga begitu taatnya kepada ibunya, sehingga dia seperti “Uwes Al-Qorni” dia
berangkat mencari ilmu, diwaktu mencari ilmu, diwaktu mencari ilmu, ia disuruh Supratikno Muslim, yang konon diikuti Mbah Abdul Qodir Jilani Sini, untuk
melakukan tirakat yang berupa “melek bengi” selama 41 malam,terus 33 malam,
dilanjutkan 21 malam, 15 malam, 7 malam, 3 malam, dan diakhiri satu hari satu
malam. Setelah fulan menjalani tirakat tersebut, beberapa hari kemudian Mas Tik
– begitulah kesehariannya di panggil silaturrohmi kerumahnya Fulan, dan dia
bertanya: “ di daerah sini ada berapa makam tuanya….? Begitulah Mas tik
bertanya, “ada lima” jawab Fulan “Kyai
Surgi, Mbah agung Pinayungan, mbah agung Penanggungan, mbah Surodito, Dewi
Sri Utami” lanjut Fulan, Mas Tik berkata “Ramuten
Pesareane Kyai Surgi, sopo sejatine Kyai Surgi itu?”.
Pertanyaan yang
pantas untuk dicarikan jawaban. Hari terus berlalu, Fulan masih bingung,
silaturrohmi lagi ke Pak Sueb, (dia termasuk orang “pinter”) yang akhirnya,
Fulan sowan ke Kyai Madun (begitulah keseharian KH. Achmad Ali Ridho dipanggil)
dan bertanya sekaligus minta saran tentang Kyai Surgi,
“Kados pundi, misale kulo mbangun
pesareane Kyai Surgi?” Fulan bertanya, “Yo
apik ae, istilahe melasi” jawab Kyai Madun singkat, jawaban yang singkat
itu membuat hati ini bertanya, apakah jawaban seperti itu merupakan Istidroj (ngelulu-jawa) atau apa? Yang
jelas jawaban tersebut, memang apa adanya, dan juga menunjukkan keseharian Kyai
Madun (jarang bicara), kalau toh jawaban tersebut merupakan Istidroj, Mengapa, pertama kali membangun Makam, bangunan
kekurangan batu beliau mengangkut sendiri?, Kyai Madun pun bantu mecah batu, Sampai beliau jatuh sakit?
(mudah-mudahan beliau diberi umur yang panjang dan kesehatan oleh Allah).
Berangkat dari mencari ilmu, tirakat, sampai sowan, berbagai cobaan dan rintangan sekaligus cemoohan, dihadapi
oleh Fulan dengan tabah dan sabar, akhirnya pada hari Ahad pon, 17 Rojab 1424
H, bertepatan 14 September 2003, dibangunlah pesarean Kyai Surgi, yang Insya
Allah, bangunan tersebut penuh arti. Yang diminta Kyai Surgi melalui
isyaroh-isyaroh yang diberikan lewat pak Sueb.
BAB II
ARTI BANGUNAN
Abad
lebih, ada wali Allah yang kita telah kita “lontarkan”
tanpa ada seorang pun yang ngurus wali tersebut. Padahal kalau kita mau
menengok sejarah wali tersebut, begitu besar pengorbanan dan perjuangannya,
sehingga “sawab barokah” dari beliau
kita bisa hidup di alam pegunungan, nan sejuk, damai, dan tentram laksana.
Tapi sebelum kita punya angan-angan,
apalagi merasakan “Baldatun toyyibatun
warobbun ghofur” kita lebih dulu merasakan “ bonus “ adzab dari Allah
(longsor ada dimana-mana) gara-gara ada wali Allah yang sengaja atau tidak kita
sudah “menelantarkan “ lebih dari 700 tahun. Mengapa anda terdiam dan membisu,
tidak mampu berkata apapun, akuilah bahwa kita semua telah “menelantarkan” wali
Allah atau kekasih Allah selama 700 tahun lebih, padahal beliau tidak pernah
merasakan hidup enak yang seperti kita rasakan sekarang ini.
Al Hamdulillah, Bi’aunillah, kita
sekarang bisa merawat makam beliau, walaupun masih jauh dan jauh kalau
dibanding dengan perjuangan dan pengorbanan beliau, semoga Allah memperbaiki
keadaan kita sekarang barokahnya Kyai Surgi.
Umat Islam, yang
punya keyakinan ziaroh itu di perbolehkan, sepantasnya kalau ziaroh tanpa
melihat apa arti/makna bangunan itu. Tapi kita harus lurus dengan tujuan kita,
kalau kita ke makam, hanya untuk ziaroh dan wasilah, tanpa ada tujuan yang
lain, wala yaltafit yaminan wala
syimalan. Tapi, apa salahnya kalau kita mengetahui arti bangunan, untuk
menambah pengetahuan dan keyakinan kita?
Membahas arti
bangunan, begitu pula dengan bangunan makam Kyai Surgi.
Pertama kita
masuk ada tulisan ”Assalamu’alaikum ya
ahlal qubur inna Insya Allah bikum lkhikun” maksudnya kalau kita masuk ke
makam, makam manapun, kita harus mengucapkan salam, karena orang yang ada di
dalam kubur melihat siapa yang datang, siapa yang mengucap salam.
Kita berjalan
melewati undak yang jumlahnya ada 25, kita mengingat sekaligus menghafal
nama-nama nabi/rasul yang jumlahnya ada 25, sebab, orang Mukallaf (sudah
baligh) wajib menghafal nama-nama nabi/rasul secara tafsir ( perinci ).
Mendekati masuk
makam, ada 3 undak, maksudnya lengkapilah kehidupan kita dengan : Islam, Iman,
Ikhsan, atau lebih mudah, “ lek ono
lepek, yo kudu ono gelas, nek ono gelas yo kudu ono tutup” kalau kita hidup
tanpa adanya Islam, Iman, dan Ikhsan, apa artinya? Dan apa bedanya kita dengan
binatang?.
Masuk pintu,
pintu di makam Kyai Surgi terbuat dari kayu jati, maksudnya : “yo’ opo sejatine wong urip lan opo sejatine
wong ziaroh” sejatine wong urip adalah : Ibadah kepada Allah.
Kijing (yang ada
di dalam makam) terdiri atas 5 undak, artinya : Bahwa manusia tidak terlepas
dari nafsu, nafsu itu sendiri ada 5 yaitu : Nafsu Ammaroh, Lawwamah,
Mutmainnah, Mulhamah, dan nafsu Rodhiyah.
Juga ada tulisan
:
“Makam ingkang bedah kerawang dusun
Tamiajeng Kecamatan Trawas”
Artinya : Walau
beliau asli dari Jaziroh Arab, tapi beliau masih menjunjung tinggi adat-adat
jawa. Terus, bagaimana dengan kita?
Tulisan
tersebut, menunjukkan bahwa beliau seorang waliyullah ( kekasih Allah ).
BAB III
ISYAROH PAKAIAN
Mode, umat Islam baik laki-laki
maupun perempuan, seringkali terbius dengan yang namanya mode, kalau kita tidak
mengikuti mode, kita ketinggalam zaman, kolot, ndeso, dan lain-lain, itulah kata-kata yang sering kita dengar dari
remaja kita. Tanpa memperhatikan yang namanya aurot.
Kita semua tahu, kalau membuka
aurot, Haram hukumnya, yang di pikirkan remaja kita, yang penting mode, mode
dan mode, mas’alah aurot, ditaruh dinomor sekian, sekali lagi kita terbius
mode.
Kalau kita mengaku Muslim,
berpakaianlah ala muslim, kalau kita mengaku Muslimah, berpakaianlah ala
Muslimah, jangan terbawa derasnya arus orang yahudi dan nasroni.
Kita punya pakaian, Kyai Surgi pun
demikian, tapi yang jelas pakaian kita jauh kalau dibanding dengan pakaian Kyai
Surgi, kalau pakaian Kyai Surgi, yang jelas menutup aurot juga penuh arti atau
makna. Berikut ini kami uraikan tentang pakaian Kyai Surgi mulai dari sandal
sampai udeng.
1. “Sandal Jepit teko lulang” (Insya Allah)
artinya : Orang dipasar, dimasjid, dijalan, orang baik, orang jelek, kalau bisa
jepiten dadekno konco ( jadikan
teman) kita tebarkan bendera Ukhuwah
Islamiyah (saudara seagama) sekaligus
bendera Ukhuwah Basyariyah (saudara
antar manusia). Yang diingini dari isyarah “sandal
jepit” adalah “khabilum Minannas”
kita juga membutuhkan “khabilum Minallah”.
2. “Sarung plekat” (Insya Allah) artinya : Kalau kita punya
sarung, jangan Cuma dibuat ikat perut, jangan Cuma dibuat kalung, jangan Cuma
dibuat kemul, tapi kalau punya sarung gawien
bebetan / sarungan sing apik, gunakno sembayang.
Kedua isyaroh tersebut menyangkut “khabilum
Minannas dan khabilum Minallah” mudah mudahan kita bisa melakukannya.
3. “Baju Komprang” (Insya Allah) artinya :
Jadilah orang Sakho’ ( loman ) jangan jadi orang Bkhil ( pelit ).
4. “Sabuk Ombo teko Lulang” (Insya Allah)
artinya : Rapetno wetengmu teko barang
haram, tegese gole’o barang seng halal, tinggalno barang seng haram. Dan
juga Sabuk Lulang mengandung arti : seng
sering luwe. Karena salah satu obatnya hati adalah, weteng luwe kita ingat pujian : tombone ati iku lima wernane, moco Qur’an diangen-angen sa’
ma’nane…………..(sampai akhir).
5. “Udeng siji werno telu” Merah, Hitam dan
putih.
Merah menunjukkan kemarahan, Hitam menunjukkan kejahatan, Putih
menunjukkan kesabaran. (Insya Allah) artinya : Semerah-merahnya orang, masih
ada putihnya ( bagaimanpun orang marah, masih ada kesabarannya ). Dan
seterusnya bisa dibolak balik.
Setiap Udeng pasti ada lincipe, dan ditaruh di belakang, apa
itu artinya? (Insya Allah) artinya : kalau kita berjuang jangan sampai kita Riya’
tapi yang ikhlas. Nek duwe udeng
lincipe ojok di dekek nok ngarep ( kalau berjuang jangan menjadi pahlawan
kesiangan ngaku-ngaku ).
Mudah mudahan kita semua bisa melakukan yang isyaroh tersebut, karena
isyaroh tersebut juga merupakan perintah agama, Amin.
BAB II
ARTI BANGUNAN
7 abad lebih, ada wali Allah yang kita telah kita “Lontarkan” tanpa ada seorang pun yang ngurus wali tersebut.
Padahal kalau kita mau menengok sejarah wali tersebut, begitu besar pengorbanan
dan perjuangannya, sehingga “sawab barokah” dari beliau kita bisa hidup di alam
pegunungan, nan sejuk, damai dan tentram laksana.
Tapi sebelum kita punya angan-angan, apalagi merasakan “Baldatun toyyibatun warobbun ghofur”
kita lebih dulu merasakan “bonus” adzab dari Allah (longsor ada dimana-mana)
gara-gara ada wali Allah yang sengaja atau tidak kita sudah “menelantarkan”
lebih dari 700 tahun. Mengapa anda terdiam dan membisu, tidak mampu berkata
apapun, akuilah bahwa kita semua telah “menelantarkan” wali Allah atau kekasih
Allah selama 700 tahun lebih, padahal beliau tidak pernah merasakan hidup enak
yang seperti kita rasakan sekarang ini.
Al Hamdulillah, Bi’aunilah, kita
sekarang bisa merawat makam beliau, walaupunmasih jauh dan jauh kalau dibanding
dengan perjuangan dan pengorbanan beliau, semoga Allah memperbaiki keadaan kita
sekarang barokahnya Kyai Surgi.
Umat Islam, yang
punya keyanikan ziaroh itu diperbolehkan, sepantasnya kalau ziaroh tanpa
melihat apa arti/makna bangunan itu. Tapi kita harus lurus dengan tujuan kita,
kalau kita kemakam, hanya untuk ziaroh dan wasilah, tanpa ada tujuan yang lain,
wala yaltafit yaminan wala syimalam.
Tapi, apa salahnya kalau kita mengetahui arti bangunan, untuk menambah
pengetahuan dan keyakinan kita?
Membahas arti
bangunan, begitupula dengan bangunan makam Kyai Surgi.
Pertama kita
masuk ada tulisan “Assalamu’alaikum ya
ahlal qubur inna Isnya Allah bikum lakhikun” maksudnya kalau kita masuk
kemakam, makam manapun, kita harus mengucap salam, karena orang yang ada di
dalam kubur melihat siapa yang datang, siapa yang mengucap salam.
Kita berjalan
melewati undak yang jumlahnya ada 25, kita disuruh mengingat sekaligus menghafal
nama-nama nabi/rosul yang jumlahnya ada 25, sebab, orang Mukallaf (sudah
baligh) wajib menghafal nama-nama nabi/rosul secara tafsir (perinci).
Mendekati masuk
makam, ada 3 undak, maksudnya lengkapilah kehidupan kita dengan : Islam, Iman,
Ikhsan, atau lebih mudah, “nek ono lepek,
yo kudu ono gelas, nek ono gelas yo kudu ono tutup” kalau kita hidup tanpa
adanya Islam, Iman dan Ikhsan, apa artinya? Dan apa bedanya kita dengan
binatang?
Masuk pintu,
pintu dimakam Kyai Surgi terbuat dari kayu jati, maksudnya “yo, opo sejatinewong urip lan opo sejatine wong ziaroh” Sejatine wong
urip adalah : Ibadah kepada Allah.
Kijang (yang ada di dalam makam) terdiri
atas 5 undak, artinya : Bahwa manusia tidak terlepas dari nafsu, nafsu itu
sendiri ada 5 yaitu : Nafsu Amaroh, Lawwamah,
PENUTUP
Ya Allah, segala puji bagi-Mu, dan dari Mu
lah segala karunia Benar, engkau adalah tuhan kami dan kami adalah budak-MU.
Dan engkau selalu pantas menyandang hal itu. Engkau adalah pegangan dan harapan
kami dan limpahan sholawat dan salam kepada pimpinan kami, Nabi Muhammad serta
kepada keluarga dan para sahabatnya, dan segala puji syukur hanyalah untuk
Allah tuhan alam semesta, sebanyak jumlah mahluk-Nya. Keridhoan Nya, ukuran
Arsy Nya dan tinta kalimat Nya.
0 comments:
Post a Comment