BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Makalah yang berjudul Legenda Desa Ketapanrame ini
kami susun untuk memenuhi tugas dari salah satu bidang studi, yakni Sosiologi.
Tugas untuk membuat makalah ini adalah amanat dari
guru Sosiologi kami, yakni Bapak Sugeng Wahyudi. Itu berarti tugas untuk
membuat makalah ini menjadi kewajiban serta tanggung jawab bagi kami
sekelompok. Oleh karenanya, kamipun harus memenuhi tanggung jawab ini dengan
sebaik-baiknya.
Setiap segala sesuatu pasti ada asal-usulnya, manusia
ada karena Allah menciptakan manusi dari tanah liat. Begitu juga dengan Desa
Ketapanrame ini, dengan adanya desa ini, maka sudah pasti ada juga tokohnya
yang membabat desa.
Namun sayang, tidak banyak orang yang mengetahui hal
ini. Oleh sebab itu, dengan tersusunnya makalah ini, kami sangat berharap
supaya esok atau lusa makalah ini bisa menjadi suatu informasi yang bermanfaat
bagi pembaca.
2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami mencoba untuk merumuskan
masalah-masalah yang berkaitan dengan Desa Ketapanrame, antara lain :
1.
Siapakah orang yang membabad Desa Ketapanrame.
2.
Bagaimanakah alur perjalanan sang tokoh sehingga
wilayah ini dinamakan Desa Ketapanrame.
3.
Bagaimanakah kata monografi di Desa Ketapanrame
saat ini.
3. Metode Penelitian
Untuk menyusun makalah ini, kami sekelompok melakukan
wawancara (interview) kepada beberapa tokoh masyarakat yang dianggap mengerti
tentang seluk-beluk Desa Ketapanrame serta kepada Kasi pemerintahan Desa
Ketapanrame.
Monografi
1. Keadaan Umum : 345.460
Ha
a.
Luas desa
b.
Batas wilayah
1. Sebelah
Utara : Ds. Kesiman / Belik
2. Sebelah
Selatan : Hutan
3. Sebelah
Barat : Ds. Trawas
4. Sebelah
Timur : Kab. Pasuruan
c.
Perangkat desa/ kelurahan
1.
Sekretaris desa/sek.kel : 1 orang
2.
Ka Si / Ka Ur : 5 orang
3.
Kepala Dusun : 3 orang
4.
Staf : -
d.
Pembinaan RT/RW
1.
Jumlah RT : 42 orang
2.
Jumlah RW : 17 orang
3.
Lingkungan : -
2. Kondisi Geografis
a.
Ketinggian tanah dari permukaan laut : 700
M
b.
Banyaknya curah hujan : 2708
c.
Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : Dataran
tinggi
d.
Suhu udara rata-rata : 18 0C
3. Demografi
1.
Jumlah penduduk menurut
a.
Jenis kelamin
1.
Laki-laki : 2.136 orang
2.
Perempuan : 2.346 orang
Total : 4.482 orang
b.
Kepala keluarga : 1.330 orang
c.
Kewarganegaraan :
1.
WNI
Laki-laki : 2.136
orang
Perempuan : 2.346 orang
Total : 4.482
orang
2.
WNA
Laki-laki : - orang
Perempuan : - orang
2.
Jumlah penduduk menurut agama / penghayat
terhadap Tuhan YME
a.
Islam : 4.435 orang
b.
Kristen : 8 orang
c.
Katholik : 32 orang
d.
Hindhu : 7 orang
e.
Budha : - orang
3.
Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
a.
TK (balita) : 610 orang
b.
SD/MI (anak-anak) : 1.446 orang
c.
SLTP/MTs (remaja) : 592 orang
d.
SLTA/MA (dewasa) : 397 orang
e.
Akademi / D1-D3 : 31 orang
f.
Sarjana / S1-S3 : 66 orang
g.
Tua (57 - ) / Pensiunan : 1.293 orang
4.
Jumlah penduduk tiap-tiap dusun
a.
Ketapanrame : 2.525 orang
b.
Sukorame : 606 orang
c.
Slepi : 1.382 orang
5.
Jumlah pendatang tahun 2008
a.
Ketapanrame terdapat 5 laki-laki, 9 perempuan
b.
Sukorame terdapat – laki-laki, 2 perempuan
c.
Slepi terdapat 2 laki-laki, - perempuan
4. Mata Pencaharian
a.
Karyawan
1.
Pegawai Negeri Sipil : 31 orang
2.
ABRI : 1 orang
3.
Swasta : 940 orang
4.
Wiraswasta/Pedagang : 165 orang
5.
Tani : 728 orang
6.
Pertukangan : 180 orang
7.
Buruh tani : 271 orang
8.
Pensiunan : 17 orang
BAB II
LEGENDA
1.)
Legenda
Desa Ketapanrame
Pada zaman dahulu, ketika tahun 1367, ada beberapa
penghulu/ hulubalang yang datang dari Kesultanan Mataram yang dimpimpin oleh
Mbah Suronggolo (Seorang Tumenggung) dan diberi tugas untuk menumpas Adipati
Kahuripan yang mbalelo (membangkang, tidak mau asok buluk bekti kepada
kesultanan Mataram).
Mbah Suronggolo berangkat dengan sahabat-sahabatnya,
yaitu :
1.
Mbah Tambak Boyo
2.
Mbah Ranu Boyo
3.
Mbah Singo Boyo
4.
Mbah Selo Boyo
5.
Mbah Ngabei Ronggo Warsito
6.
Mbah Teki-Teki Telik
Mereka semua adalah orang yang sakti.
Ketika tujuh orang itu masuk wilayah kahuripan
(sekarang Pasuruan) dan sampai di perbatasan sungai bangkok (perbatasan antara
Pandaan dan Pasuruan, yaitu dari selatan konang sampai kali Putih), mereka
disambut oleh prajurit Kahuripan. Mereke bertujuh dihujani tombak, panah,
pedang dan berbagai senjata tajam lainnya. Akhirnya Mbah Suronggolo dan
sahabat-sahabatnya mundur, mereka lari untuk menyelamatkan diri sehingga mereka
berpisah.
Mbah Tambah Boyo lari ke Lereng Gunung Welirang yang
akhirnya babad Desa Ketapanrame.
Mbah Ranu Boyo dan Mbah Singo Boyo lari ke sebelah
utara dan babad Desa Sumbersari, Kesiman dan Kemlagi.
Mbah Selo Boyo dan Mbah Ngabei Ronggo WARsito turun ke
Lereng Gunung Penanggungan dan babad Desa Duyung.
Mbah Teki-Teki Telik lari ke barat dan babad Desa
Belik.
Dan Mbah Suronggolo lari ke lereng gunung Penanggungan
sebelah barat daya.
2.)
Asal
Mula Ketapanrame
Setelah gagal menumpas Adipati Kahuripan yang
membangkang kepada Kasultanan Mataram, Mbah Tambak Boyo lari ke lereng Gunung
Welirang. Di sana
beliau menjumpai wilayah tersebut masih berupa hutan belantara yang penuh
dengan jin, syetan, dedemit dan sejenisnya.
Oleh karenanya beliaupun memulai untuk menebang
kayu-kayu tersebut supaya kelak bisa menjadi suatu tempat yang dihuni oleh
golongan manusia. Ketika beliau menebang kayu demi kayu, tiba-tiba
masing-masing kayu tersebut mengeluarkan darah dalam jumlah yang sangat banyak.
Alkisah, saat itu para jin, syetan, dedemit dan sejenisnya sama-sama menangis,
menjerit dan meratap karena rumah mereka dirusak.
Karena sangat banyaknya jin, syetan, dedemit dan
sejenisnya yang menghuni wilayah tersebut, akhirnya Mbah Tambak Boyo
seolah-olah merasa sudah tidak sanggup lagi untuk membabad hutan tersebut.
Beliaupun akhirnya memutuskan untuk bertapa dalam beberapa waktu di sebuah
tempat yang saat ini tempat tersebut dinamakan Punden Sendenan.
Selang beberapa waktu, setelah bertapa Mbah Tambak
Boyo kembali melanjutkan menebang hutan (babad). Beliau memulainya dari sebelah
Timur (sekarang Tapan Wetan). Di wilayah itulah yang pertama kali ditempati
oleh Mbah Tambah Boyo.
Di wilayah yang baru dibabat itu, Mbah Tambak Boyo
mendirikan sebuah padepokan yang mengajarkan ilmu kanuragan. Untuk kali
pertamanya, penduduk/ orang yang menempati wilayah tersebut hanya 27 orang.
Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, tempat itu semakin lama semakin ramai
karena banyaknya orang yang mencari ilmu/berguru ilmu kanuragan di Padepokan
Mbah Tambak Boyo.
Tempat itu akhirnya diberi nama Ketapanrame artinya
suatu tempat yang dulunya digunakan untuk bertapa tapi kini menjadi suatu
tempat yang sangat ramai karena banyak dikunjungi oleh orang dari berbagai
penjuru yang ingin menimba ilmu di wilayah tersebut.
|
3.)
Tempat-Tempat
Legendaris
1.
Gantungan : Ada
pendatang meninggal gantung diri saat pemerintahan Mbah Lurah Kusen Singamerta,
sehingga jenazah tersebut diurus oleh warga Desa Ketapanrame
2.
Dlundung : Merupakan tempat wisata yang berada di Desa
Ketapanrame yang dulunya merupakan tempat tujuan Matrus (serdadu Belanda
Angkatan Laut).
3.
Sendenan : Tempat yang dulunya digunakan untuk bertapa
dan tirakat oleh Mbah Tambak Boyo dan segenap jajarannya.
4.
Watu Lawang : Pintunya padepokan, ilmu kanuragan yang
dulu didirikan oleh Mbah Tambak Boyo. Konon katanya tempat tersebut menjadi
tempat jin dan sejenisnya, sehingga pada hari Jum’at terdengar suara gaib yang
berbunyi riiit.
5.
Watu Gede : Simbol yang digunakan untuk orang berhenti
setelah naik dari kendaraan umum.
6.
Dok bledek dan Dong Gilang : Imbalan bagi lurah
Desa Ketapanrame. Tempat ini berada di sebelah utara Nastain. Konon, dulu
adalah tempat meninggalnya dua pasangan yang tersambar petir.
4.)
Asal Mula
Tekik dan Slepi
Pada zaman dahulu, tersebutlah seorang putra Ratu
Blambangan yang bernama Kebo Miwaha. Dia adalah manusia berkepala kerbau, dia
mempunyai tanduk besi kuning dengan panjang 1 depo ( 2 lengan ). Dia
menginginkan Dewi Sekartaji, Putri Ratu Kediri. Dia menyuruh dua, prajuritnya
untuk melamar putri tersebut. Di Keraton Kediri prajurit tersebut bertemu raja Kediri dan menyampaikan surat lamaran dari Kebo Miwaha. Raja Kediri tersebut merasa terkejut, beliau lalu mengiris
telinga prajurit itu sebelah dan menggantinya dengan surat balasan yang isinya menerima lamaran
tersebut dengan syarat Kebo Miwaha harus membuatkan jambangan (danau) di puncak
gunung Kelud untuk tempat pemandian Dewi Sekarsaji setelah pernikahan tadi.
Setelah sampai di Blambangan, prajurit tersebut
menyerahkan surat
balasan tersebut keadap Kebo Miwaha. Awalnya Kebo Miwaha sangat marah melihat
prajuritnya diiris telinganya, tetapi dia sangat gembira karena lamarannya
diterima. Setelah itu Kebo Miwaha berangkat
ke Kediri
dengan membawa Mas Pecis Raja Brana (Mas Sak Pengadek), dia menaiki gajah yang
sangat besar bersama dengan pengiringnya yang banyak. Di tengah jalan gajahnya
tidak kuat karena kehausan. Saat itu raja Kediri
menyuruh dua prajuritnya untuk memantau dan jangan sampai diketahui oleh orang
lain. Alangkah terkejutnya prajurit tadi, ketika baru saja mathuk (tiba) mereka
konangan (ketahuan), akhirnya tempat tersebut diberi nama Desa “Konang dan
Patuk”. Prajurit tersebut kembali lagi ke Keraton dan melaporkannya kepada Raja
Kediri.
Pasukan Kebo Miwaha tersebut melanjutkan perjalanan
selanjutnya gajah tersebut kehausan lagi, dia kemudian mengasin (menjilat
tanah). Akhirnya tempat tersebut dinamakan Desa “Kasin”. Mereka melanjutkan
perjalanan ke Selatan, di jalan gajah tadi ngongsrong (terengah-engah),
akhirnya tempat tersebut dinamakan “Trongo”. Mereka melanjutkan ke Selatan, dan
di tengah jalan gajah tersebut mati sehingga tempat tersebut diberi nama dusun
“Tang Gajah” (sekarang disebut dengan Gajah Rejo/ Sumber Rejo). Mereka berjalan
lagi ke selatan dan memberi pesan / wekas-wekas
kepada pengiringnya yang masih ada, sehingga tempat tersebut di namakan
Desa “Sumber Wekas”.
Kebo Miwaha berjalan lagi ke barat, ketika hendak
merokok sluponya (tempat tembakau yang kromo inggilnya adalah Slepi). Terjatuh,
karena ramainya zaman, tempat tersebut dinamakan “Slepi”. Mereka berjalan lagi
ke barat, di tengah jalan putung rokoknya jatuh (dalam bahasa jawa putung rokok
dinamakan tegesan / tekik). Sehingga tempat tersebut dinamakan dusun Tekik /
Sukorame. Kemudian berjalan lagi menuju Kediri.
Dia di barat daya gunung Welirang, daerah Mbatu dia tirakat di Songgoriti. Batu
memohon kepada Tuhan YME bahwa beliau mau masuk ke kerajaan Kediri, beliau
mendapat ilham langsung ke Barat Daya di situ hujan abu, maka beliau berkata
dengan sahabatnya (pengiring) bahwa besok harus menjadikan daerah ini
hujan abu, disitu beliau menemui sang
raja Kediri lalu sang raja berbicara dengan Kebo Mawaha, kalau bisa membuat Jambangan
(danau) di atas puncak gunung Kelud dan jika sudah selesai maka Kebo Miwaha
akan dijadikan menantu oleh Sang Raja Kediri. Jika bisa menyelesaikan saat
tengah malam. Putri Dewi Sekartaji menyiapkan rencananya untuk menghasut
prajurit-prajurit Kediri, agar nanti malam semua
prajurit harus siap siaga di pinggiran gunung Kelud untuk menunggu komando di
kepala perang prajurit Kediri
dan waktu itu hari Jum’at Wage. Malam Jum’at Wage, Kebo Miwaha nggurda (marah),
lalu menggebang menyundangi tanah dengan memakai tanduknya, besi kuning pamor
kencang yang panjang satu depa.
Sekejap kawah yang dibuatnya sudah dalam, kemudian
Kebo Miwaha sudah hampir tidak kelihatan di dalam kawah tersebut, tapi belum
mendapatkan sumbernya, langsung Putri Kediri dan Panglimanya mengkomandokan
agar prajuritnya menyerutuk melempari batu ke dalam kawah dan menyeruntuk
melempari batu ke dalam kawah dan harus diratakan. Akhirnya Kebo Miwaha
tersenyum, dan berkata dalam hati kalau dirinya ditipu muslihat. Beliau juga
mengucap sumpah kepada orang Kediri
bahwa beliau akan mengeluarkan batu melalui kawah disini untuk membalas dendam
kepada anak cucunya supaya mereka dapat merasakan apa yang dirasakan Kebo
Miwaha dan sampai sekarang Gunung Kelud tersebut meletus tiap tahun.
BAB III
PENUTUP
1.)
Kesimpulan
Dari pemaparan hasil wawancara Desa Ketapanrame di
atas, kami menyimpulkan sebagai berikut :
1.
Tokoh yang membabad Desa Ketapanrame adalah Ki
Ageng Tambak Boyo.
2.
Beliau dulu adalah utusan dari Mataram (beserta
6 orang temannya) yang ditugaskan untuk menumpas Adipati Kahuripan yang membangkang.
3.
Nama Ketapanrame berasal dari kata pertapaan
yaitu tempat bertapa dan rame yaitu ramai. Artinya Ketapanrame dulu adalah
tempat bertapa yang semakin lama semakin ramai karena banyak dikunjungi oleh
banyak orang dari berbagai penjuru.
4.
Desa Ketapanrame mempunyai beberapa tempat yang
dianggap legendaris, antara lain : Sendenan, Watu gede, Watu lawang, Dlundung,
Gantungan, Dok Gledek dan Dok Gilang
5.
Desa Ketapanrame meliputi Dusun Ketapanrame,
Tekik (Sukorame) dan Slepi.
6.
Di Desa Ketapanrame, sebagian besar (mayoritas)
penduduknya beragama Islam, hal ini terbukti dengan dibangunnya tempat
peribadatan dalam jumlah banyak yang meliputi masjid dan surau-surau
(langgar/musholla).
7.
Mata pencaharian warga Desa Ketapanrame sebagian
besar adalah sebagai pekerja swasta.
2.)
Saran
1.
Hargailah jasa-jasa para pahlawan (tokoh) yang
telah berjuang untuk membabad Desa Ketapanrame ini.
2.
Belajarlah selalu apa yang belum kamu ketahui,
termasuk juga legenda tentang desa ini. Jadilah orang yang selalu haus akan
ilmu, bukan orang yang haus akan kemahan dunia.
3.
Jaga dan peliharalah nama baik Desa Ketapanrame
ini, sebagai wujud pengormatan dan penghargaanmu kepada Ki Ageng Tambak Boyo
selaku tokoh yang membabad Desa ini.
3.)
Daftar
Putaka
1.
Muslimah, Wawancara tentang Legenda Desa
Ketapanrame, Hari Kamis, 4 September 2008, Pukul 13.00 – 13.37/
2.
Samenun, Wawancara tentang Legenda Desa
Ketapanrame, Hari Senin, 8 September 2008. Pukul 16.00 – 17.30
3.
Toha, Wawancara tentang Legenda Desa
Ketapanrame. Hari Kamis, 4 September 2008. Pukul 13.50 – 15.00
4.
Data Monografi Desa Ketapanrame, Kecamatan
Trawas, Kabupaten Mojokerto tahun 2007.
Pemerintahan Kabupaten Mojokerto
1 comments:
Terimakasih sangat information & membantu untuk mengetahui sejarah Desa tempat saudara saya tinggal.
Post a Comment